-->

Notification

×

Iklan

Iklan Display

Banjir Bandang Batu Busuk Berulang: Alarm Dini Gagal, Warga Jadi Taruhan

Senin, 15 Desember 2025 | Desember 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-15T00:20:21Z
Petugas SAR Kota Padang bersama TRC Semen Padang mengevakuasi warga yang terjebak banjir bandang di Batu Busuk, Kecamatan Pauh, Kota Padang, di tengah arus deras dan hujan lebat, disaksikan Wakil Ketua DPRD Sumbar Evi Yandri dan Sekda Kota Padang Andre Algamar.

Padang, MP----- Banjir bandang susulan kembali menghantam Batu Busuk, Kecamatan Pauh, Kota Padang, pada sore hari ini. Delapan warga terjebak arus deras dan baru berhasil dievakuasi setelah berjam-jam bergelut dengan hujan lebat dan aliran air berlumpur. Peristiwa ini menegaskan satu fakta pahit: risiko sudah diketahui, tetapi mitigasi masih rapuh.


Evakuasi berlangsung antara pukul 16.00–18.00 WIB. Tim SAR Kota Padang bersama TRC Semen Padang menembus arus kencang yang terus naik. Di tengah kekacauan itu, Feby (16), warga Pangka Jambatan Batu Busuk RT 03 RW 04, sempat terisolasi di rumah tetangga. Ia selamat—namun keselamatan itu datang bukan karena sistem peringatan dini, melainkan karena reaksi cepat warga dan petugas di lapangan.


Hadir memantau langsung Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat, Evi Yandri, dan Sekretaris Daerah Kota Padang, Andre Algamar. Di hadapan media, Evi Yandri memastikan seluruh korban selamat. Namun pertanyaan mendasar mengemuka: mengapa evakuasi selalu bersifat darurat, bukan preventif?


Wilayah Batu Busuk dikenal sebagai kawasan rawan banjir bandang. Catatan kejadian berulang, perubahan tutupan lahan di hulu, sedimentasi sungai, hingga pola hujan ekstrem seharusnya cukup untuk memicu tindakan antisipatif—mulai dari normalisasi alur air, penguatan lereng, pembatasan aktivitas berisiko, hingga peringatan dini berbasis komunitas. Faktanya, warga kembali terjebak di rumah saat air sudah tak terbendung.


Sekda Andre Algamar mengimbau warga tetap waspada dan menyatakan pemerintah akan terus memantau situasi. Pernyataan ini penting, tetapi tidak cukup jika tidak diikuti langkah konkret dan terukur. Tanpa audit risiko yang transparan dan jadwal mitigasi yang jelas, imbauan siaga berpotensi menjadi rutinitas pascakejadian—bukan pencegahan.


Banjir bandang Batu Busuk hari ini bukan sekadar bencana alam. Ia adalah ujian tata kelola risiko. Selama peringatan dini terlambat, penataan hulu tertunda, dan mitigasi struktural berjalan parsial, warga akan terus menjadi pihak yang menanggung akibat paling besar.

(*)

×
Berita Terbaru Update