Notification

×

Iklan

Iklan

Pelayanan SPH Dikeluhkan Peserta BPJS Kesehatan, Keluarga Minta Pasien Pulang, Riski Febrela Humas SPH : Informasi Satu Pintu Melalui Jubir

Rabu, 07 Mei 2025 | Mei 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-07T05:37:48Z
Gedung SPH Jalan Bypas KM 7, Humas SPH Riski Febrela diruang kerjanya menerima wartawan, Senin 5 Mei 2025

Padang, MP----- Pelayanan dokter dan tenaga medis di rumah sakit SPH (Semen Padang Hospital) terhadap pasien peserta BPJS Kesehatan dirasa kurang baik, sehingga keluarga meminta kepada pihak rumah sakit untuk pulang. Permintaan itu dapat dipenuhi oleh pihak SPH, tapi pasien dikenakan biaya umum alias tidak ditanggung BPJS Kesehatan, seperti apa informasi lengkapnya, berikut ulasan kronologis yang disampaikan Amar, orang tua pasien kepada media mp, Jumat 2 Mei 2025.


Pada tanggal 30 Maret 2025 itu, anaknya yang berumur 18 bulan mengalami demam tinggi, kemudian dibawa ke SPH untuk berobat. Setelah mendapatkan penanganan medis serta obat di IGD, anaknya diperbolehkan pulang.


Namun keesokan harinya (31 Maret-red), anaknya kembali mengalami demam tinggi disertai kejang, sehingga dibawa kembali ke IGD SPH. " Di IGD, anak saya di tangani dengan baik, ketika itu kami melakukan pengambilan sample darah serta rontgen, dan hari itu juga kami disarankan untuk dirawat inap " kata Amar.


Tanggal 1 April dini hari, lanjut Amar, anaknya mendapat kamar inap. " Alhamdulillah, kami ditempatkan di kamar rawat kelas 2, walaupun BPJS kami kelas 3 " sebutnya.


Pada hari yang sama, anaknya dikunjungi EC, dokter spesialis anak. " Kami terkejut, dokter EC hanya melihat dan menyetuh kening anak sambil dibacakan diagnosa hasil labor darah dan rontgen oleh dokter jaga. Saat itu dokter EC mengatakan anak jangan sering kejang nanti anak bodoh, kok kurus anaknya, kayaknya anaknya kurang gizi, makannya harus banyak " tutur Amar mengulangi ucapan dokter EC ketika itu. 


Mendengar perkataan dokter EC itu, Amar merasa sedih sembari menyodorkan berkas hasil eeg dengan riwayat anak kejang tanpa demam, namun dokter EC terkesan acuh dan tidak memegang sama sekali berkas hasil diagnosa eeg, kemudian berkas tersebut diambil oleh dokter pendamping / jaga sambil menunjukkan hasil kesimpulan akhir diagnosa ke dokter EC. 


" dokter EC tidak memberikan edukasi serta semangat untuk kesembuhan anak kami, hal serupa juga terjadi dengan pasien lain yang satu kamar dengan kami dan mereka mengutarakan kekecewaannya terhadap kunjungan dan tindakan dr. EC " tutur Amar lagi.


Deman anak Amar turun naik, setiap 4 - 6 jam diberikan paracetamol, antibiotik serta obat anti kejang, dan secara continue infus diberikan. Tanggal 2 Aprilnya, diminta untuk menyerahkan urine anak untuk labor. Hari itu, dr. EC kembali melakukan kunjungan, dengan bermodalkan stetoskop yang tidak sampai hinggap di badan anaknya lebih dari 2 detik, terkesan hanya menempelkan sambil menggeser atau tanpa titik fokus.


" Beliau (dr. EC-red) menyampaikan kita menunggu hasil diagnosa urine, kita mau tahu sebab infeksi nya dimana, pada hari tersebut kita mendapatkan obat seperti hari pertama, di tambah obat demam melalui dubur. Sore harinya bidang gizi konsultasi secara ramah dan sejuk dengan kami terkait makanan terhadap pasien dan langkah apa yang diambil kedepannya terhadap makanan anak kami " urai Amar.


Tanggal 3 April, hasil dignosa urine keluar dan mengindikasikan ada infeksi, cuma belum bisa memastikan dimana penyebab infeksi, kemudian diambil sampel urine lagi. " Di hari itu saya terus mendapatkan pertanyaan atau pernyataan dari Nakes termasuk dokter jaga, dedek masih demam ya, dibantu kompres dan banyak minum air putih ya, bahkan kunjungan dr. EC pun ketika itu terkesan formal sambil tergesa - gesa " ungkap Amar.


Hari berikutnya, tanggal 4 April diminta untuk menyerahkan urine anak untuk labor. " Disini kami mulai bertanya kepada dokter jaga yang melakukan kunjungan, apakah obat untuk anak kami bisa di upgrade, karena belum adanya perkembangan terkait demam anak, dokter jaga menyarankan untuk bilang ke dr. EC langsung, kami jawab bahwa sikap dan tindakan dr. EC buat kami tidak nyaman berkomunikasi " ucap Amar.


Pada hari ini dr. EC melakukan kunjungan dengan sedikit lebih ramah, salah satu penyebabnya 2 pasien satu ruangan dengan anaknya memberikan keterangan yang sedikit berlebihan terkait kondisi anak mereka dengan maksud agar mereka diperkenankan pulang dan mereka pun pulang. 


" Tindakan ataupun obat kepada anak kami sama dengan hari sebelumnya yaitu paracetamol, anti kejang, antibiotik dan infus " ujar Amar.


Hari kelima tanggal 5 April hingga hari ke delapan, obat yang diberikan kepada anaknya tetap tidak berubah, bahkan pernyataan yang sama selalu terlontar dari Nakes, dokter jaga, sedangkan kesehatan anaknya tidak kunjung pulih, demam tidak juga turun. 


" Kami pun menanyakan apa obat bisa di upgrade dan dokter spesialisnya bisa yang lain, nakes pun menjawab untuk obat tergantung dr. EC, dan untuk dokter spesialis yang lain sedang cuti " kata Amar menuturkan kronologis nya. 


Melihat kondisi anaknya terlihat lemah dengan demam yang tidak kunjung turun, membuat Amar jadi kawatir. Malam berikutnya 2 orang perawat datang dengan tujuan memberikan suplement penambah nafsu makan dan untuk mengambil sample darah, dimana tempat pengambilan sample darah tersebut pada area pengambilan sample darah pertama yang telah terindikasi ruam / iritasi. 


" Kami sampaikan kepada perawat agar pengambilan sample darah ditunda, dan kami bertanya dengan segala sample darah, urine dan rontgen selama ini kenapa belum bisa juga mengindentifikasi, perawat menjawab, kalau hasil kultur kita lupa belum hafal nanti bisa ditanya ke dokter di depan, dan kalau bapak mau menunda pengambilan sample darah, teken surat pernyataan menunda atau menolak di ruang perawat/dokter stanby ya " ujar perawat ketika itu.


" Sayapun menyambangi tempat nakes stanby tersebut, dan sempat terjadi debat, dan saat itu saya mengambil keputusan untuk pulang, dan nakes memberitahu pernyataan kalau pasien pulang berarti jatuhnya umum dan silahkan ke cashier untuk menanyakan jumlah tagihan (saya menilai sikap tersebut semua diukur secara bisnis), saya pun pergi ke cashier untuk menanyakan perihal tagihan yang harus saya bayar, setelah saya menyetujui saya pun langsung ke tempat nakes untuk memberikan surat pernyataan, serta mencari dana yang harus saya bayar, " pungkas Amar. 


Setelah keluar dari SPH, anaknya dibawa ke salah satu klinik, disini anaknya diberi obat dan dua jenis vitamin. " Alhamdulillah dua hari setelah minum obat anaknya saya sembuh dari demamnya, sampai sekarang " katanya menambahkan.


Ketika peristiwa ini dikonfirmasikan kepada pihak SPH, Senin 5 Mei 2025, melalui Kabag Humas Riski Febrela, mengatakan sesuai SOP di SPH, yang memberikan informasi itu satu pintu melalui Jubir, namun kata Riski Febrela saat ini jubir sedang berada diluar. Saat diminta untuk menghubungi jubir dimaksud, Riski Febrela terkesan enggan, Ia mengatakan informasi yang disampaikan hari ini akan disampaikan nya langsung ke jubir, dan Riski Febrela mengatakan kepada awak media nanti akan menghubungi. 


Keesokan harinya ( Selasa- red), karena tidak ada kabar dari Riski Febrela, pada pukul 09:07, awak media menghubungi Humas SPH tersebut melalui pesan whatsapp, menanyakan sesuai komunikasi kemaren untuk konfirmasi lanjut dengan jubir, jam berapa bisa, Riski Febrela menjawab masih belum mendapat jawaban, karena jubir sedang acara diluar hari ini, dan Riski Febrela mengatakan nanti ditanyakan kembali. 


Setelah pukul 12:53, informasi lanjut dari Riski Febrela tidak juga ada, ketika ditanyakan kembali kepada Humas SPH itu, lewat pesan whatsapp menyampaikan bahwa jubir belum ada di SPH. Dari awal sudah mendapatkan jawaban yang kurang proaktif dari Humas SPH ini, karena diminta untuk menghubungi jubir langsung juga tidak berkenan, ketika disampaikan upaya konfirmasi dilakukan kepadanya merupakan bagian dari berita, " Terkait hal ini, sesuai yang disampaikan kemarin prosedurnya " jawab Riski Febrela di pesan whatsapp nya.


Karena sikap Riski Febrela selaku Humas terlihat kurang proaktif terhadap media, saat diminta nomor jubir dimaksud untuk konfirmasi, " Jika sudah ada info saya konfirmasi nanti " jawabnya singkat.


Sampai berita ini ditulis, informasi dari Riski Febrela Humas SPH, untuk bisa konfirmasi dengan jubir SPH sampai hari Rabu 7 Mei 2025, belum kunjung didapati. (*)

×
Berita Terbaru Update