Notification

×

Iklan

Iklan

Ada Dugaan Calo BGN Perdaya Calon Pemilik Dapur di Dharmasraya

Minggu, 07 September 2025 | September 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-07T07:11:25Z
Salah satu lokasi calon dapur BGN yang terlihat belum ada progres

Dharmasraya, MP----- Berhembus kabar ada dugaan calo BGN (Badan Gizi Nasional) "bergentayangan" di wilayah Kabupaten Dharmasraya dengan menarget masyarakat yang menjadi calon pemilik dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) melalui program MBG (Makan Bergizi Gratis). Untuk menyakinkan korbannya, modus diduga calo BGN itu mengaku kepada masyarakat dari yayasan yang sudah bekerja sama BGN, kemudian mereka menawarkan kerjasama serta berikut keuntungan sebagai pemilik dapur SPPG, ketika masyarakat mulai tertarik, disinilah diduga calo BGN mulai mengawali "tipu dayanya". 


Modus calo BGN seperti itu diduga telah menimpa beberapa masyarakat diwilayah Kabupaten Dharmasraya. Disinyalir puluhan juta uang masyarakat calon mitra BGN telah diraup dari pratek calo BGN tersebut, sementara proses yang dijanjikan kepada masyarakat tidak kunjung menampakan wujudnya ?. 


Sejumlah masyarakat yang diduga menjadi korban calo BGN, ketika dihubungi media mp buka suara, seperti yang disampaikan salah seorang tokoh masyarakat yang dihubungi media mp menceritakan, ada beberapa orang mengaku dari yayasan dan BGN mendatangi nya menawari untuk jadi mitra BGN, kemudian dalam prosesnya dimintai biaya dengan dalih untuk biaya koordinasi dan perjalanan. 


" Mereka mengaku diutus dari korlap yayasan dan BGN, tapi kurang tahu juga, yang saya pahami ada program dapur MBG dengan hitung - hitungan seperti ini, rasanya cocok terus kita minat. Kalau biaya itu, apa namanya saya kurang paham juga, yang jelas kata mereka untuk koordinasi, " kata tokoh masyarakat ini sembari minta tidak menuliskan namanya, kepada media mp yang menghubungi nya, Sabtu (6/9/2025).


Tokoh masyarakat ini menuturkan, beberapa orang yang datang menemui nya dikenalnya tapi kurang tahu nama lengkapnya. " Beberapa orang itu ada pak Po, pak Rizal, buk Nung, satu lagi siapa, kalau nama panjangnya saya kurang paham, " katanya.


Karena hitungan bisnis tidak sesuai lagi, tokoh masyarakat ini memilih tidak melanjutkan, walaupun telah mengeluarkan uang sebesar Rp 11,8 juta kepada orang dari yayasan dan BGN itu. " Makanya saya kemaren katakan sama korlap saya tidak ikut, karena hitung bisnis nya tidak masuk, karena uang sewanya itu berdasarkan jumlah porsi, bukan berdasarkan sewa per tahun, paling saya tidak ikut lagi, " jelasnya.


Untuk Biaya Administrasi dan Mendatangkan Orang


Yusnawati yang dihubungi juga mengakui sudah mengeluarkan uang sejumlah Rp 11,8 juta sesuai dengan permintaan orang dari yayasan dan BGN. " Katanya untuk biaya administrasi dan mendatangkan orang, " tuturnya.


Yusnawati menyebutkan masalah nya dengan orang yayasan dan BGN saat ini sudah selesai. " Masalah ini sudah selesai, saya sampaikan uang saya tolong di kembalikan dan mereka akan mengembalikan nya, " ungkapnya.


Saya Putuskan Keluar, Karena Tak Memperlihatkan Model Perjanjian


Hal senada disampaikan juga oleh Defrino, yang mengaku sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 11,8 juta kepada orang dari yayasan dan BGN. " Dari jumlah itu, 1,8 juta untuk administrasi atau pendaftaran, 10 juta untuk pembuatan id, seperti apa id itu belum jelas, " ungkap Defrino merincinya.


Defrino menceritakan, ketertarikannya berawal dari informasi Hengki Purnanda temannya yang menyampaikan ada program pemerintah makan bergizi gratis untuk mendirikan dapur. " Yang penting mas Rino ada tempatnya, nanti mau dibiayai dari yayasan ini semua nya, nanti tinggal bagi hasil saja, selama masih menguntungkan tidak masalah, " jawab Rino kepada Hengki ketika itu. 


Selanjutnya kata Rino menerusakan ceritanya, Hengki datang bersama tim ke rumah di Sitiung 3, kebetulan dulu itu rumah mertua yang sekarang ditempati adik sama kakak, akhirnya disitu titik dibuat untuk dapur. 


" Hengki ini juga calon mitra karena dia juga tertarik, cuma dia kenal duluan sama orang itu, " kata Defrino menjelaskan.


Defrino menceritakan juga alasannya memutuskan keluar lantaran dimintai lagi uang sebesar Rp 10 juta yang katanya untuk mengeluarkan id. " Saya kurang paham, makanya saya bersama adik ipar menemui orang yayasan yang namanya pak Poniman bersama dua orang lagi saya tidak kenal, masih termasuk tim mereka itulah, " kata Defrino.


Dipertemuan itu, Defrino menanyakan kepada Poniman serta ke dua temannya mengenai perjanjian kerjasama. " Kepada mereka saya minta perjanjian nya seperti apa, kerjasamanya bagaimana modelnya, tapi mereka tidak mau mengasih, " paparnya.


Riza Suryadi : Dari Awal Sudah Ada Komitmen


Poniman yang dikonfirmasi terkait hal tersebut, menyampaikan bahwa Ia dari yayasan angkasa bagja yang membantu mengeluarkan id masyarakat yang ingin membuat dapur. " Masyarakat pingin membuat dapur kita bantu untuk mengeluarkan id nya, ini sudah berproses, kita ada yang mensupport dari IKN, yayasan Angkasa Bagja, " jelasnya singkat sembari menyambungkan komunikasi kepada rekannya Riza Suryadi. 


Dikesempatan itu, Riza menyampaikan bahwa ia beserta rekannya yang lain adalah relawan yang mendatangkan yayasan dari Jakarta ke Dharmasraya. " Kita hanya sebagai Relawan untuk mendatang kan yayasan yang datang dari Jakarta ke Dharmasraya, " jelasnya.


Semua yayasan tersebut sudah terdaftar dan sudah bekerjasama dengan BGN. " Yayasan yang kita datang kan dari Jakarta semua nya sudah bekerja sama - sama BGN, sudah terdaftar resmi, " jelasnya lagi tanpa menyebut nama yayasan dimaksud.


Kemudian melalui pesan whatsapp yang dikirimnya, Riza Suryadi menuliskan 4 nama Yayasan yakni Yayasan Pembangunan Bu Rawiyanah, Yayasan Karawang Angkasa Bagja, Yayasan Tarbiyatul Athfal Dharmasraya, dan Yayasan Abiyakta Sejahtera Mandiri.


Riza Suryadi tidak membantah terkait adanya permintaan sejumlah dana kepada calon pemilik dapur SPPG, namun Riza menegaskan bahwa itu bukan pungli. " Pendaftaran memang gratis, ke calon pemilik dapur dari awal sudah ada komitmen, kita sudah ngomong ke calon pemilik dapur ini ada nanti kita panggil orang yayasan dari Jakarta, untuk mendapatkan titik - titik perlu ongkosnya, akomodasi, dan uang saku, bukan pungli itu yang kita minta, " kata Riza. 


Secara regulasi, dalam persyaratan memang tidak ada mengenai uang, kalau tidak mau silahkan, tidak jadi tidak apa. " Bagi yang bersedia, yang mampu yang bikin id kita jemput orangnya, ongkos pesawat, akomodasi, uang saku dan oleh - oleh, minimal Rp 20 juta, dan itu semuanya baru Rp 10 juta, ada juga yang belum bayar, " ungkapnya.


Ia juga membenarkan dana yang dihimpun dari calon pemilik dapur sebesar Rp 11,8 juta itu, dengan rincian Rp 1,8 juta pertama untuk survei tim ke Jakarta, 10 juta untuk 4 orang tim. " Yang pertama 1,8 juta survei tim kita ke jakarta, 10 juta nya untuk akomodasi 4 orang yakni tim dari yayasan, tim dari korlap, tim dari koperasi, dan tim dari pengawas, itu juga belum sepenuhnya dibayar, silahkan tanya - tanya ke dapur, " imbuhnya.


Menurut Riza, calon pemilik dapur dibawah koordinasi nya sekarang sudah lanjut proses legalitasnya. " Kita sudah ada tiga tekan kontrak, insyaallah nanti Minggu ke dua ini dari PT IKN, " ujarnya.


Terkait ada indikasi calo BGN, menurutnya itu yang perlu diklarifikasi, tidak ada calo - calo untuk mendapatkan investor. " Alhamdulillah investor kita sudah dapat, dapat bangun gedung, alat alat, mobil dua, Alhamdulillah kita dapat sudah kontrak tiga, jadi perlahan - lahan, " pungkasnya. (Rj/mp)

×
Berita Terbaru Update