![]() |
| Helmi Moesim Ketua Komisi 3 DPRD Padang |
Padang, MP----- Proyek pembangunan Gedung Perpustakaan Umum Daerah Kota Padang kembali menjadi sorotan publik. Bangunan yang menelan anggaran hingga Rp 10 miliar tersebut baru saja selesai dikerjakan pada Agustus lalu, namun kini sudah mengalami kerusakan di berbagai bagian. Kebocoran yang terjadi saat hujan melanda Kota Padang beberapa waktu terakhir membuat plafon rusak, cat dinding mengelupas, dan lantai terlihat lembab.
Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Komisi 3 DPRD Kota Padang. Ketua Komisi 3, Helmi Moesim, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam melihat kualitas pekerjaan yang tidak sesuai harapan tersebut.
Politisi senior Partai Golkar itu menegaskan akan memanggil seluruh pihak terkait, mulai dari penyedia jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), hingga konsultan pengawas. Ia mengatakan proyek yang sudah diserahterimakan (PHO) semestinya masih dalam masa pemeliharaan, sehingga seluruh kerusakan wajib diperbaiki oleh penyedia.
Helmi juga mengkritik keras PPK dan konsultan pengawas yang dianggap lalai dalam memastikan spesifikasi pekerjaan benar-benar sesuai dengan dokumen kontrak.
“PPK dan konsultan pengawas bertanggung jawab atas progres persiapan dan pelaksanaan pekerjaan. Kalau pekerjaan sudah diserahterimakan sementara kondisinya belum bisa dimanfaatkan dengan baik, itu salah mereka. DPRD akan memanggil dan meminta penjelasan apa persoalannya, dan mengapa pekerjaan dalam kondisi seperti ini tetap diterima,” tegas Helmi.
Inspeksi lapangan terhadap proyek ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai kualitas pengerjaan dan pertanggungjawaban kontraktual selama masa pemeliharaan. DPRD menegaskan bahwa setiap rupiah anggaran publik harus dipertanggungjawabkan, dan pembangunan fasilitas pelayanan masyarakat tidak boleh dibebani dengan persoalan teknis seperti kebocoran. Komisi 3 berkomitmen mengawal kasus ini agar masyarakat Kota Padang mendapatkan fasilitas perpustakaan yang layak, aman, dan berkualitas sesuai harapan.
![]() |
| Gedung Baru Perpustakaan Umum Daerah Padang tampak megah dari luar, namun plafon dan cat dinding di dalamnya sudah rusak akibat kebocoran. |
Perpustakaan Baru Kota Padang Bocor, Pekerjaan Bermasalah Terkuak Saat Musim Hujan
Pembangunan Gedung Perpustakaan Umum Daerah Kota Padang sejatinya ditujukan untuk mendorong peningkatan budaya baca dan literasi masyarakat, dengan menghadirkan fasilitas modern, representatif, dan inklusif bagi seluruh kalangan. Gedung tersebut diharapkan menjadi pusat aktivitas literasi yang menyediakan ruang baca nyaman, ruang diskusi, area anak-anak, fasilitas disabilitas, studio, hingga ruang digital.
![]() |
| Lantai keramik gedung tampak kusam akibat rembesan air dari kebocoran. |
Namun, alih-alih memberi kenyamanan bagi para pencinta literasi, gedung senilai Rp10 miliar itu justru mengalami sejumlah kerusakan. Kebocoran di beberapa titik mengakibatkan plafon, cat dinding, hingga sebagian lantai mengalami kerusakan. Ironisnya, persoalan tersebut terjadi tidak lama setelah pembangunan gedung rampung.
![]() |
| Plafon gedung mengalami kerusakan dan sedang dibongkar untuk penanganan. |
Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait kerusakan itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang, dr. Feri Mulyani Hamid, M.Biomed, sempat tak memberikan respons meski telah dihubungi berulang kali. Baru sehari setelah berita ditayangkan, Feri akhirnya memberikan penjelasan.
Ia membenarkan adanya kebocoran pada beberapa titik. “Ya, ada beberapa titik yang bocor, dan sedang dalam proses perbaikan oleh penyedia karena masih dalam masa pemeliharaan,” ujarnya singkat.
Sementara itu, PPK Pembangunan Gedung Perpustakaan Umum Daerah Kota Padang dari Dinas PUPR Kota Padang, Nico Lesmana, ST., MT., juga mengonfirmasi hal serupa. Menurutnya, kebocoran baru terdeteksi setelah Kota Padang kembali diguyur hujan pada awal musim penghujan.
Nico menjelaskan bahwa kebocoran diduga berasal dari pekerjaan waterproofing menggunakan bahan polyurethane Fosroc. Pekerjaan tersebut masih dalam masa garansi dua tahun oleh pihak rekanan. “Rekanan sudah turun ke lokasi dan mendata bagian mana saja yang mengalami kebocoran,” jelasnya.
Pihaknya juga telah meminta rekanan untuk segera memperbaiki titik-titik yang bermasalah. “Sedang diperbaiki. Namun untuk hasil maksimal, perbaikan harus menunggu cuaca cerah atau panas,” tambahnya.
Kerusakan yang muncul pada gedung baru ini bukan hanya soal teknis bangunan, tetapi menyangkut kualitas kerja, tanggung jawab, dan amanah penggunaan anggaran publik. Masyarakat tentu berharap gedung yang dibangun dari uang negara dapat bertahan lama dan memberikan manfaat maksimal, bukan justru menimbulkan persoalan baru di awal penggunaannya.
Kini publik menanti bukti keseriusan pemerintah dan rekanan dalam menuntaskan perbaikan, sekaligus menjawab pertanyaan besar yang mulai muncul: mengapa gedung yang digadang-gadang menjadi pusat kemajuan literasi Kota Padang justru bocor sebelum sempat memberi banyak arti?
(Red-mp)



