![]() |
| Ketua Umum IPSI Sumbar, Vasko Ruseimy, bersama dengan peserta raker Kabupaten dan Kota |
Padang, MP----- Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat menggelar Rapat Kerja Pengurus Provinsi (Rakerprov) 2025 pada 17–18 November 2025. Selama dua hari penuh, hampir 100 peserta dari pengurus provinsi serta kabupaten/kota berkumpul untuk menyatukan langkah demi memperkuat pondasi organisasi. Tingkat kehadiran mencapai 90 persen, menggambarkan antusiasme besar terhadap masa depan pencak silat di Sumbar.
Raker yang mengangkat tema “Satu Gerak, Satu Langkah Menuju Pengembangan Silek dan IPSI Sumbar 2026” ini menjadi wadah bagi setiap bidang dalam struktur organisasi untuk menyampaikan arah program kerja mereka. Seluruh usulan kemudian dibahas secara kolektif untuk memastikan adanya keselarasan visi dan tujuan.
Selain menata program kerja, pertemuan tersebut juga menjadi sarana evaluasi terhadap upaya pelestarian budaya sekaligus pembinaan prestasi olahraga. IPSI Sumbar menempatkan silek tradisi dan pencak silat prestasi sebagai dua sisi yang harus berjalan beriringan.
Ketua Umum IPSI Sumbar yang juga Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Ruseimy, hadir memberikan arahan. Ia menegaskan kembali bahwa silek memiliki nilai fundamental bagi identitas masyarakat Minangkabau. “IPSI memiliki peran strategis dalam memperkokoh identitas budaya sekaligus meningkatkan kualitas pembinaan atlet,” ujarnya, Senin (17/11/2025) malam.
Silat Masuk Sekolah: Fondasi Regenerasi
Dalam kesempatan itu, Vasko menyampaikan tentang program prioritas Pemprov Sumbar, yaitu integrasi silat ke dunia pendidikan. Sejak awal masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur, ia memastikan ekstrakurikuler silek tradisi menjadi kegiatan wajib bagi SMA yang berada di bawah kewenangan provinsi. Langkah ini dinilai penting untuk memastikan regenerasi pesilat tradisi tidak terhenti.
Ia mengungkapkan bahwa dari sekitar 200 aliran silek yang pernah tumbuh di Minangkabau, kini hanya sekitar 50 aliran yang masih bertahan. Kondisi ini menjadi peringatan serius bahwa pelestarian budaya tidak boleh ditunda.
Kebijakan silat masuk sekolah pun membawa dampak positif. Para guru silek dan tua-tuo tradisi kembali dibutuhkan untuk mengajar di sekolah. Vasko menilai momentum ini sebagai peluang besar untuk membangkitkan kebanggaan generasi muda terhadap warisan budaya Minang.
Menggabungkan Aktivitas Tradisi dan Prestasi
Vasko juga menyinggung capaian prestasi silat Sumbar dalam beberapa tahun belakangan. Ia menilai keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja bersama dari seluruh unsur pembinaan. Namun demikian, ia mengingatkan agar tujuan pembinaan tidak berhenti pada pencapaian medali semata. “Filosofi silat tradisi harus tetap menjadi dasar dalam membentuk karakter atlet,” katanya.
Ia bahkan mengusulkan konsep kegiatan besar yang menghadirkan seluruh atlet silat di Sumbar dalam satu ruang terbuka. Tidak di atas matras, tetapi di medan lapang, sehingga nilai-nilai tradisi bisa semakin terasa dan mengakar.
Selain itu, Vasko menekankan pentingnya kerja kolektif antarpengurus provinsi dan kabupaten/kota. Menurutnya, pola kerja kolaboratif lebih efektif daripada perdebatan yang tidak produktif. Pembagian program per bidang diharapkan menjadi instrumen agar organisasi bekerja lebih terarah dan sistematis.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemprov Sumbar bersama KONI telah menyelesaikan pembayaran bonus atlet dari tahun sebelumnya. Hubungan harmonis antara gubernur dan wakil gubernur, menurutnya, harus dijaga demi kelancaran program pembinaan olahraga.
Porprov 2026 dan Ekonomi Olahraga
Dalam raker, isu penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2026 turut dibahas. Vasko menyebutkan bahwa event tersebut akan berlangsung dengan melibatkan beberapa kabupaten/kota sebagai tuan rumah, dan IPSI diharapkan mampu mengambil peran penting di dalamnya.
Dari sisi KONI Sumbar, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Hukum, Alvira, mengingatkan bahwa keberhasilan olahraga tidak cukup hanya diukur dari prestasi. Menurutnya, pemerintah daerah juga harus memikirkan keberlanjutan ekonomi atlet agar mereka tidak pindah ke daerah lain demi kesejahteraan.
“Regulasi perpindahan atlet memang ada, namun pembinaan jangka panjang tetap menjadi perhatian utama,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa perkembangan olahraga yang ideal setidaknya mencakup tiga aspek: meningkatnya kualitas cabang olahraga, munculnya industri olahraga, dan kontribusi nyata terhadap perekonomian masyarakat.
Pencak silat, menurutnya, memiliki potensi besar untuk menjadi motor ekonomi baru saat event digelar. Kedatangan atlet dan kontingen dari berbagai daerah bisa memberikan dampak langsung bagi pelaku usaha lokal.
Alvira juga menekankan bahwa olahraga modern membutuhkan dukungan lintas disiplin, mulai dari manajemen, ekonomi kreatif, budaya, hingga pemasaran. Ia berharap raker kali ini mampu merumuskan program yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan silat di Sumbar.
Dengan seluruh rangkaian pembahasan tersebut, Raker IPSI Sumbar 2025 diharapkan menjadi titik awal untuk memperkuat fondasi pembinaan, pelestarian tradisi, serta menumbuhkan ekosistem pencak silat yang semakin profesional dan relevan bagi generasi mendatang. (hms)
