![]() |
| Dua sahabat lama, AKBP Faidil Zikri dan D. Rajo Alam, kembali bersua setelah puluhan tahun, mengenang masa kecil di Kampung Suduik dan Aspol Alai. |
Padang, MP----- Suasana hangat terasa di ruang kerja Wakil Kepala Polresta Padang, AKBP Faidil Zikri, SH, SIK, MSi, ketika menerima kunjungan D. Rajo Alam, Pemimpin Umum sekaligus Pemimpin Redaksi momenpembaruan.com, Selasa siang (11/11). Pertemuan itu bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan reuni kecil dua sahabat masa kecil yang pernah tumbuh bersama di dua lingkungan berdekatan Kampung Suduik dan Asrama Polisi (Aspol) Alai.
Senyum lebar dan tawa ringan langsung mengisi ruangan ketika keduanya bertemu. Faidil yang kini mengenakan seragam kebesaran Polri tetap menunjukkan sikap rendah hati dan ramah. “Masih ingat dulu kita bermain dilapangan voli di belakang rumah saya,” ucapnya sambil tertawa, mengenang masa-masa sederhana yang tak pernah lekang dari ingatan.
Percakapan pun mengalir santai. Dari kisah nakal masa bocah hingga kabar teman-teman lama yang kini tersebar di berbagai daerah, semua hadir dalam nostalgia penuh tawa.
Faidil menuturkan, tumbuh di lingkungan polisi telah membentuk karakternya hingga seperti sekarang. “Orang tua kami mendidik dengan keras, tapi dari situlah kami belajar arti disiplin dan tanggung jawab,” ujarnya. Ia juga menyampaikan rasa syukur atas perjalanan karier yang dijalaninya. “Alhamdulillah, saya bisa masuk lima besar lulusan terbaik Akpol. Tapi yang lebih berharga bagi saya, silaturahmi dengan teman-teman lama ini tetap terjaga,” katanya dengan senyum tenang.
Bagi Faidil dan Rajo Alam, pertemuan siang itu seperti membuka kembali lembaran lama. Di tengah kesibukan dan tanggung jawab yang besar, keduanya seolah kembali menjadi dua anak kecil yang bermain di tanah kampung, jauh dari hiruk-pikuk dunia dewasa.
Menjelang siang, keduanya berjabat tangan erat sebelum berpisah. Tak ada perpisahan yang berat, hanya janji untuk terus menjaga persahabatan dan silaturahmi yang sudah terjalin sejak kecil.
Sebab di setiap langkah manusia dewasa, selalu ada masa kecil yang menuntun hati untuk tetap sederhana. Di balik pangkat, profesi, dan hiruk pikuk kehidupan, persahabatan lama menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati kadang sesederhana sebuah tawa dan kenangan yang tak pernah usang. (*)
