![]() |
SMA PGRI 1 Padang Jalan Sudirman Nomor 1 A Padang |
Padang, MP----- Ironis sekali nasib yang dialami Teguh Pangestu Malaya, karena faktor ekonomi orang tuanya sehingga tunggakan di sekolah belum bisa dilunasinya, akibatnya ijazah yang menjadi kebanggaan setelah menamatkan pendidikan di SMA PGRI 1 Padang, sampai sekarang masih tertahan di sekolah. Tertahannya ijazah Teguh di salah satu sekolah swasta itu sudah berlangsung lama, dari ia tamat tahun 2019 yang lalu sampai sekarang ijazahnya masih berada di sekolah.
![]() |
Media mp disela perbincangan dengan Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Padang Hayatul Chair dan Kepala Tata Usaha Dedi Firman, Jumat 22 Agustus 2025 |
Teguh menceritakan bahwa ayahnya berprofesi sebagai pekerja di sebuah bengkel las, sedang ibu nya sejak mengalami musibah kecelakaan pada tahun 2018 lalu, sampai sekarang mengalami lumpuh. Harapannya saat tamat SMA nanti bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik, namun karena faktor ekonomi orang tua penghasilan nya tidak mencukupi untuk membayar uang sekolahnya, yang mengakibatkan tunggakan disekolah semakin besar, dampaknya ketika tamat sekolah temanya yang lain menerima ijazahnya, tapi ia tidak bisa menerima ijazah karena belum dapat melunasi tunggakan di sekolah.
Tanpa ijazah ditanganya,Teguh begitu kesulitan mewujudkan impian dan cita - cita, serta harapan orang tuanya untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik agar dapat memperbaiki perekonomian keluarga, namun setiap kali melamar pekerjaan yang ditanya selalu mengenai ijazah, sehingga peluang dan kesempatan untuk mendapat pekerjaan itu menjadi sulit dan peluang kerja terlewati begitu saja. " Sekarang ada lowongan pekerjaan, tapi ijazah saya masih di sekolah, "kata Teguh bercerita dengan mata berkaca - kaca.
Karena dorongan ingin membantu, media mp, menyampaikan perihal ini kepada Mahyan, SPd. MPd, Kepala Bidang P SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, pada Selasa 19 Agustus 2025. Mendapati informasi tersebut, Putra Pesisir Selatan ini (Mahyan-red) berjanji secepatnya membicarakan hal ini dengan pihak sekolah.
Pada saat itu, Kabid P SMA ini melalui komunikasi via WhatsApp meminta data nama lengkap anak dan nama sekolahnya kepada media mp, sebagai bahan pendukung informasi yang disampaikan. " Anak itu tamat disekolah SMA PGRI 1 yang alamatnya di jalan Koto Tinggi atau jalan Sudirman, " tanya Mahyan sembari meminta tolong dikirim datanya.
Beberapa saat kemudian, disampaikan bahwa sekolahnya yang berada di jalan Sudirman, dengan mengirimkan data yang diminta seperti nama lengkap anak, nama sekolah, alamat sekolah, jurusan nya, nama orang tua, dan pekerjaannya. " Nanti saya sampaikan kepada pihak sekolah, " kata Mahyan setelah mendapati informasi itu.
Keesokan harinya, Rabu 20 Agustus, media mp menghubungi kembali Kepala Bidang P SMA, lewat pesan whatsapp Mahyan menyampaikan bahwa hal tersebut diatas sudah diberitahukan kepada pihak sekolah, kemudian pihak sekolah minta murid bersangkut untuk datang langsung ke sekolah. " Sudah saya tanyakan ke Buk Neng, katanya ke sekolah saja yang bersangkutan, " tulis Mahyan menginformasikan.
Pada hari Jumat tanggal 22 Agustus 2025, media mp berkesempatan mendampingi Teguh ke sekolah, untuk mendalami perihal ijazah dengan melakukan mendiskusikan lebih lanjut pada Buk Neng di Sekolah seperti petunjuk informasi dari Mahyan Kepala Bidang P SMA Dinas Pendidikan Sumbar. Namun anehnya, setelah berada diruang Kepala Sekolah, Buk Neng panggilan akrab dari Nengsih Fitri Operator Yayasan Sekolah SMA PGRI 1 Padang ini, terlihat melontarkan kata dengan nada emosi, sebab merasa sekolahnya dilaporkan ke Dinas Pendidikan Sumbar telah menahan ijazah.
" Padahal tidak ada sekolah menahan ijazah anak, tapi disampaikan ke Dinas Pendidikan kami menahan ijazah anak, " tutur Neng seperti berceloteh.
Namun dikesempatan tersebut, setelah dijelaskan kepada Hayatul Chair Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Padang, bahwa kedatangan media mp mendampingi Teguh tidak lain adalah untuk mendiskusikan perihal ijazah belum diserahkan oleh sekolah. Kepala Sekolah menyampaikan bahwa ijazah Teguh belum dapat diserahkan karena masih ada tunggakan di sekolah yang belum dilunasinya.
" Karena ini sudah menjadi peraturan di sekolah, jadi ijazah belum bisa diserahkan sebelum tunggakan di lunasi nya, " kata Kepala Sekolah ini menjelaskan.
" Masalahnya apa, kalau belum dilunasi ijazah tidak bisa kita serahkan, itu aturan sekolah, " timpal Yudi Syafrizal Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan memotong pembicaraan.
Pada kesempatan itu, Dedi Firman, Kepala Tata Usaha SMA PGRI 1 Padang, dengan tenang cepat mengambil alih pembicaraan, Dedi Firman menyampaikan bahwa pihak sekolah sangat menyayangkan sekali pihak murid selama ini tidak aktif melakukan komunikasi dengan sekolah, sehingga mendadak saja muncul kondisi seperti saat ini.
" Kita menyayangkan sekali kondisi hari ini, setelah tamat murid tidak pernah datang ke sekolah berkomunikasi atau menyampaikan masalahnya, tiba - tiba ketika perlu ijazah baru ke sekolah, " tutur Dedi.
Dikatakannya selama ini sekolah sudah banyak membantu murid terutama bagi orang tuanya yang golong tidak mampu, karena sekolah juga membangun komunikasi dengan pihak swasta seperti PT. Sementara Padang, PT. Rajawali, dan Baznas didalam membantu murid golongan keluarga kurang mampu di sekolah.
" Ada murid kami yang tidak mampu kami carikan solusi, seperti membuat surat ke Semen Padang, Rajawali, atau ke Baznas, tapi Teguh ini setelah tamat tidak pernah lagi datang ke sekolah menceritakan keadaan orang tuannya, tentu sekolah tidak tahu, " urai Dedi.
Setelah melalui pembicaraan panjang, bahkan pembicaraan tersebut sampai berlanjut kepada Ketua Yayasan Sekolah PGRI 1 Padang, Drs. Hardizon Bahar, SIP. MM, yang kemudian mengambil sebuah kebijakan melalui Operator Yayasan Fitri Nengsih, dari besaran tunggakan yang dibayar sebesar Rp 6,8 juta menjadi dibayar separuhnya saja yakni sebesar Rp 3,4 juta.
" Itu sudah keputusan dari ketua yayasan, ijazah bisa diserahkan dengan membayar separuh nya saja dari besar tunggakannya, bisa dicicil, bisa juga sekaligus, " kata Nengsih, sembari mengungkapkan bahwa ia telah salah paham sehingga membuatnya terpicu sedikit emosi.
" Saya kira tadi teguh yang satunya, yang mengaku kepada saya telah bekerja di tambang emas, rupanya bukan teguh itu, " ulas Nengsih.
Ketika keputusan dari yayasan ini disampaikan kepada Kepala Bidang P SMA Dinas Pendidikan Sumbar, Mahyan, SPd. MM, pihak nya kembali akan membicarakan dengan sekolah, karena perihal ijazah ini Dinas Pendidikan Sumbar telah mengeluatkan edaran. " Mengenai ijazah ini kita sudah menghimbau pihak sekolah melalui surat edaran, namun karena ini sekolah swasta kita minta sekolah dapat menyelesaikan nya dengan baik, win win solution lah seperti membuat pernyataan tertulis untuk menyelesaikan tunggakan nya atau mengajak pihak swasta yang ada membantu kesulitan biaya anak di sekolah, " kata Mahyan.
Masyarakat berharap pihak sekolah tidak hanya sebatas mengejar materi, sehingga melupakan tujuan utama mendidik generasi bangsa, karena persoalan materi, ketidak mampuan ekonomi orang tuan masa depan anak - anak menjadi korban. Pemerintah dan semua pihak harus menunjukan rasa prihatin serta empati didalam menyelesaikan masalah di lingkungan pendidikan ini, jika tidak akan ada Teguh lainnnya yang kehilangan harapan, cita - cita, dan masa depannya, karena ijazah ditahan sekolah lantaran faktor ekonomi orang tua tidak bisa melunasi tunggakan di sekolah, sementara pekerjaan yang menanti diluar memerlukan ijazah sebagai syarat utama. (Rj/mp)