-->

Notification

×

Iklan

Iklan Display

Hujan, Pokir, dan Pelajaran Besar di Disbuntanhor Sumbar

Jumat, 19 Desember 2025 | Desember 19, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-19T12:48:42Z
Kepala Disbuntanhor Provinsi Sumatera Barat, Ir. Afniwirman, menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di kantornya.

Padang, MP----- Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura (Disbuntanhor) Provinsi Sumatera Barat, Ir. Afniwirman, mengungkapkan sejumlah persoalan krusial yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan kegiatan Jalan Usaha Tani (JUT) dan Jaringan Irigasi Tersier (JITUT) di bawah UPTD Balai Mekanisasi Sarana dan Prasarana Pertanian (BMSPP).

Pekerjaan Jalan Usaha Tani (JUT) rampung dikerjakan dan siap dimanfaatkan masyarakat petani.

Afniwirman menjelaskan, sejak hari pertama ia mulai bertugas usai dilantik pada 23 Agustus 2025, laporan dari Kepala UPTD BMSPP menunjukkan bahwa hingga akhir Agustus, belum satu pun paket pekerjaan JUT dan JITUT yang berjalan.

Saluran Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani yang siap difungsikan untuk mengoptimalkan pengairan lahan pertanian.

“Sebagian besar kegiatan ini bersumber dari dana Pokok Pikiran (Pokir) DPRD. Kita memahami bahwa Pokir merupakan atensi anggota dewan, terutama dalam penentuan lokasi. Namun pada praktiknya, proses klir lokasi sering lambat, bahkan ada yang berubah di tengah jalan,” ujarnya.


Selain persoalan lokasi, kendala teknis juga muncul akibat pergantian sistem e-katalog dari versi V ke versi VI pada Juli – Agustus 2025. Hal tersebut turut memperlambat proses pengadaan. Setelah berkoordinasi dengan Biro Pengadaan Barang dan Jasa (BPBJ) serta Komisi II DPRD Sumbar, barulah paket - paket pekerjaan dapat diproses pada Oktober. “Rata-rata seluruh paket pekerjaan baru terkontrak di bulan Oktober,” katanya.


Namun, setelah kontrak berjalan dan dilakukan evaluasi lapangan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, ditemukan beragam kondisi. Dari 28 paket pekerjaan, lebih dari separuh telah dikunjungi langsung. Ada pekerjaan yang progresnya sudah mencapai 25 – 30 persen dalam 10 hari pertama, ada yang baru mulai bergerak, ada yang sekadar menumpuk material, bahkan ada yang sama sekali belum dikerjakan.


Melihat kondisi tersebut, Afniwirman langsung menginstruksikan PPTK membentuk grup komunikasi yang melibatkan rekanan, konsultan pengawas, dan jajaran dinas agar koordinasi lebih terbuka dan intensif. Meski demikian, persoalan belum sepenuhnya teratasi.


“Banyak rekanan memperkirakan pekerjaan selesai 20 hari dari waktu kontrak 30 hari. Nyatanya, saat memasuki hari ke-20, bencana datang. Hujan berkepanjangan di luar prediksi memperparah kondisi,” ungkapnya.


Afniwirman bahkan turun langsung ke lapangan pada 22 November 2025 di Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya, saat hujan masih mengguyur. Sejumlah titik pekerjaan terdampak longsor dan bencana alam lainnya, sehingga pekerjaan tidak dapat dilanjutkan.


Hasil evaluasi dan pembinaan menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga 8 Desember, sekitar 70 persen paket pekerjaan telah selesai dan masuk tahap Provisional Hand Over (PHO). Namun, masih ada satu rekanan yang sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan dengan alasan medan berat.


“Alasan itu tidak bisa diterima. Sebelum tanda tangan kontrak, rekanan wajib melihat kondisi lapangan. Ini menjadi pelajaran besar,” tegas Afniwirman.


Ia menegaskan, keterlambatan akibat bencana tetap diberi dispensasi sesuai aturan setelah berkoordinasi dengan Inspektorat, BPBJ, dan BPKAD. Namun, denda keterlambatan tetap diberlakukan.


Ke depan, Afniwirman berkomitmen memperbaiki tata kelola sejak awal. Ia bahkan secara aktif menghubungi anggota DPRD terkait Pokir agar penentuan lokasi dilakukan lebih cepat. Targetnya, seluruh lokasi Pokir sudah masuk dan dilakukan CPCL paling lambat 15 Januari.


“Setelah CPCL selesai per kabupaten, akhir Januari kita kontrakkan ke konsultan perencana. Akhir Februari perencanaan harus klir, dan 1 Maret kontrak dengan rekanan sudah bisa dilakukan. Tidak boleh lagi menumpuk seperti kemarin,” jelasnya.


Menurut Afniwirman, persoalan ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh jajaran Disbuntanhor agar kejadian serupa tidak terulang.


“Kondisi ini bukan untuk saling menyalahkan. Ini pembelajaran bersama. Seperti yang saya sampaikan, kuda saja tidak mau jatuh di lubang yang sama dua kali, apalagi kita,” pungkasnya.

(Red/mp)

×
Berita Terbaru Update