![]() |
| Perbincangan hangat di warung kopi Manen, tempat cerita dan gagasan bertemu dalam suasana akrab. |
Padang, MP----- Suasana pagi di Warung Kopi Manen, Jalan Bagindo Aziz Chan Padang, selalu menjadi ruang diskusi hangat warga Kota Padang. Namun, pembicaraan kali ini mengerucut pada satu persoalan, lemahnya peran RT dan RW dalam pendistribusian bantuan pascabanjir bandang.
Tokoh masyarakat, Afridon Rajo Bungsu, menegaskan bahwa kedaulatan warga dimulai dari kepemimpinan di tingkat RT. Menurutnya, RT wajib memahami hak dan kewajiban agar kepemimpinan berjalan adil tanpa membeda - bedakan warga. “Saat bencana seperti ini, RT seharusnya menjadi pengendali. Kalau distribusi bantuan kacau, berarti ada yang tidak berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Afridon.
Ia menilai kekisruhan yang terjadi di beberapa kawasan terdampak banjir disebabkan kurang maksimalnya peran RT dan RW. “RT itu yang punya data warga. Distribusi cukup berhenti di RT. Kalau ada masalah, pemerintah tinggal mempertanyakan ke RT dan RW. Tidak perlu rumit,” katanya sembari tersenyum serius.
Di sisi lain, Dodi Sandra, Dubalang Kota Padang, menyampaikan kegelisahan serupa. Ia menilai masih ada oknum RT maupun RW yang tidak menjalankan amanah warga secara jujur. Menurutnya, perilaku seperti ini membuat berbagai program pemerintah, termasuk bantuan sosial, kerap tidak tepat sasaran.
“Masih ada warga yang memenuhi syarat penerima bansos tapi tidak didata. Ini jelas merugikan dan menzalimi masyarakat,” ujar Dodi sambil menikmati kopi hangatnya.
Sementara itu, pemilik warung, Manen, mengaku obrolan pelanggannya setiap hari bukan sekadar hiburan, melainkan gambaran dinamika masyarakat yang kritis terhadap kinerja pemerintah hingga ke tingkat bawah. “Di sini tiap pagi selalu ada topik baru. Tapi yang pasti, semuanya ingin perubahan ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Diskusi di Warung Kopi Manen mencerminkan suara warga, transparansi dan ketegasan di tingkat RT dan RW sangat dibutuhkan agar bantuan benar - benar sampai kepada mereka yang berhak.
(red)
