Notification

×

Iklan

Iklan

Pembersihan Embung Kayu Tanduk Dipertanyakan, Sedimen Tanah Lumpur Tak Dibuang Keluar ? Midian Wahyu Tukuboya Kasatker OP SDA : Saya Belum Dapat Penjelasan dari Teman Dilapangan

Jumat, 30 Mei 2025 | Mei 30, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-31T00:10:26Z
Memprihatinkan, dana 180 juta yang dipergunakan Satker OP SDA BWSSV Padang disinyalir untuk membiayai pekerjaan mubazir. Pembersihan Embung Kayu Tanduk dilakukan tapi sedimen tanah lumpur tidak dibuang keluar dari lokasi, malah ditumpuk didalam lokasi seperti terlihat dalam gambar foto lalangan

Tanah Datar, MP----- Pembersihan sedimen di kawasan Embung Kayu Tanduk, di Nagari Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, mulai dilakukan oleh Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA (Satker OP- SDA) Balai Wilayah Sungai Sumatera - V Padang (BWSSV Padang), Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA), Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Namun anehnya, material sedimen lumpur, tanah, serta tumbuhan air yang menutupi kawasan embung, tidak dikeluarkan dari lokasi, tapi malah ditumpuk di areal pinggir embung, sehingga hal ini mengundang perhatian dan pertanyaan masyarakat ?.

Operator dan driver yang ditemui dilokasi embung, menyaksikan sedimen yang dibersihkan ditumpuk didalam kawasan embuk

Dari pantauan langsung media mp dilokasi Embung Kayu Tanduk, pada Kamis 29 Mei 2025, terlihat satu unit Excavator Amphibi tegah dioperasikan oleh seorang operatornya bergerak didalam air. Sedimen lumpur, tanah, tanaman air jenis Enceng gondok dikeruk, diangkat kemudian ditumpuk kepinggir embung. 

Terlihat tumpukan sedimen tanah lumpur yang ditumpuk dipinggir embung, ketika hujan tanah lumpur yang ditumpuk tersebut kembali masuk kedalam embung, sedangkan anggaran yang dikeluarkan pemerintah begitu besar 

Menurut Sutan Jamaris, masyarakat setempat, ini namanya pekerjaan mubazir. Masa sedimen tanah lumpur bercampur tumbuhan air tidak diangkat keluar dari lokasi embung, hanya ditarik dan ditumpuk saja kepinggir, jika hujan menguyur pasti lumpur ini kembali meluncur ke dalam embung. Sementara pembersihan dilakukan sekali setahun, dalam beberapa bulan kedepan biasanya embung sudah kembali ditutupi tumbuhan liar. 


" Selesai dibersihkan harusnya ada kegiatan rutin pembersihan, supaya lumpur dan tanaman liar lebih mudah diatasi, dan biaya yang dikeluarkan tidak besar, tapi nyatanya hanya pembersihan sekali dalam setahun dilakukan, beberapa bulan kemudian permukaan air embung sudah tidak keliatan lagi, karena tertutup tumbuhan liar " katanya.


" Ketika embung selesai dibangun, dulu masyarakat secara rutin bergotong royong membersihkan, sehingga permukaan embung selalu keliatan bersih, tapi itu beberapa bulan berjalan, saya tidak kenapa kegiatan gotong royong itu tidak berlanjut lagi " tuturnya.


Sementara, dari keterangan Donal, salah seorang petugas Satker OP SDA BWSSV Padang, yang ditemui dilokasi kegiatan kepada media mp menuturkan pekerjaan pembersihan sedimen dikawasan Embung Kayu Tanduk sudah berjalan lebih dari 10 hari. Selain membersihkan sedimen dan tumbuhan air, sebagai driver Donal mengaku tidak tahu kegiatan lainnya, begitu juga soal jumlah BBM jenis solar yang digunakan.


" Kegiatan lain Saya tidak tahu, hanya tahunya pembersihan sedimen saja. Soal BBM nanti ditanya operatornya Abang Kristian Sitorus " ungkap Donal.


Dilokasi yang sama, Kristian Sitorus operator excavator amphibi mengatakan, alat berat sampai dilokasi sudah lebih 10 hari, namun alat berat itu rusak 3 hari. " Rantainya banyak yang lepas sehingga diperbaiki dulu lebih kurang 3 hari perbaikan, kalau kita sudah lebih 10 hari disini " kata Kristian.


Mengenai sedimen, serta tumbuhan air yang diangkat ke pinggir embung, menurut Kristian memang seperti itu perintah kerjanya. " Saya hanya menjalankan perintah, disuruhnya disana ya kita laksanakan " katanya lagi.


Untuk kebutuhan BBM jenis solar, sampai saat ini (Kamis 29 Mei 2025-red) telah terpakai 4 drum BBM solar, dimana satu drum berisi 200 liter solar. " Sampai hari ini sudah hampir 4 drum solar, atau sekitar 800 liter " ujarnya.


Pada kesempatan itu, Adam Kepala Jorong Kayu Tanduk, Nagari Aia Angek, Kecamatan X Koto, mengucapkan terimakasih dengan adanya kegiatan pembersihan dikawasan Embung Kayu Tanduk. Menurutnya harus ada petugas ditempati untuk menjaga dan memelihara kawasan embung supaya selalu bersih dari tumbuhan liar yang cepat berkembang menutupi permukaan embung. " Harus ada petugas dari kami masyarakat disini, dan kami sudah membicarakan dengan para tokoh masyarakat untuk mengelola embung sebagai objek wisata nantinya, bahkan sudah disampaikan juga ke BWSSV Padang, yang disambutnya dengan baik rencana masyarakat itu.


" Harus ada petugas dari kami masyarakat menjaga embung ini, kami bersama tokoh masyarakat juga berkeinginan mengelola embung jadi objek wisata, dan itu disambut baik oleh BWSS-V, menurut nya bagus karena ini mendukung UMKM nantinya " kata Adam.


Kepala Jorong ini menambah kan bahwa, air yang ditampung di Embung Kayu Tanduk, dapat mengaliri kebutuhan areal persawahan di 5 Nagari, untuk itu diharapkan pembersihan harus rutin dilakukan, kalau tidak demikian tumbuhan air ini sangat cepat berkembangnya, dan menutupi permukaan embung.


Kepala Satuan Kerja Operasi dan SDA (Satker OP-SDA) BWSSV Padang, Midian Wahyu Tukuboya, ST. MT, yang dikonfirmasi media mp kenapa sedimen tanah lumpur, serta tumbuhan liar tidak diangkat keluar dari lokasi, tapi malah ditumpuk dipinggir yang masih dalam kawasan embung, Midian menjawab belum dapat penjelasan dari lapangan. " Saya juga belum dapat penjelasan dari teman - teman dilapangan, karena masih sementara on proses pelaksanaan nya terkait metode yang dilaksanakan mereka " jelas Midian lewat pesan whatsappnya.


Midian juga menjelaskan, bahwa untuk anggaran pekerjaan dilokasi Embung Kayu Tanduk, menelan biaya sebesar Rp. 180 juta, anggaran tersebut untuk membiayai pekerjaan pembersihan gulma, BBM ± 2.000 liter, upah operator, pembawa operator, pk alat, pekerja 3 org, mobilisasi alat, serta pemasangan lampu solar sel.


Sementara yang dijelaskan tersebut dilapangan tidak terlihat dilokasi kegiatan selain operator dan driver. Untuk diketahui, bahwa kegiatan di bawah Satker OP SDA BWSSV Padang, pernah masuk ke ranah hukum terkait adanya dugaan ditemukan puluhan SPK fiktif serta ketidak sesuaian item pekerjaan dilapangan, sehingga mulai dari Kepala BWSSV Padang, Kasatker OP SDA, PPK, Bendahara, serta pihak ketiga dipanggil kejaksaan, bagaimana dengan kegiatan Satker OP SDA BWSSV Padang yang dilakukan sekarang ? Kami akan update terus informasi ini ! (Rj/mp)

×
Berita Terbaru Update